Minggu, 22 Februari 2015

berhenti berharap ?

indah pagi datang perlahan ..
sangat pelan
ku kepak sayap tak lengkap
luka perih terkoyak berbalut harap
agar tak terhempas lagi
agar tak jatuh ke bumi
sunyi sepi tak seberani nyali

mentari menyelimuti raga membauri jiwa
menggeleparkan ketakutan rasa
di luas cakrawala yang tak berasa
mengemas cemas
di pelangi yang pias
menahan ragu
di sekerumunan awan biru

andaipun tak jua bisa
kan kusemayamkan duka
di lekuk pelangi yang tak tau kapan menghampiri
kan ku abaikan asa
di hempasan lembayung senja yang tak tau kapan lagi ada

wahai sang merpati
ajarkan aku bahagia
sepertimu senantiasa bersama
duhai embun pagi
ajarkan aku menghilangkan tetesan dahaga
sepertimu senantiasa mengumpulkannya sebelum lalu meneteskannya

aah ..
tak tau lagi harus bagaimana
atau kulupakan saja
kalau tak lagi mampu juga
walau 'tlah ku coba merayapinya ..

hai ..
engkau putih awan
tak seputihmu kah inginku
tak selembutmu kah hasratku
hingga tak lagi ku dapati
hembus sejuk anginmu

tak tahukah kau ku sudah memadu
pinta dan doa
berbait baris mengiris langit 
berjejer jejal menggeser bintang berkerlip

andai seijabah Nuh dan Musa
aku menginginkannya ..
andai selaksa pendosa
aku kan melakukannya ..

ya ..
ditelan dan lalu tenggelam
di pendam dan lalu di rajam.